Gerakan perjuangan kaum buruh di Indonesia tak hanya berkutat pada isu upah dan kesejahteraan, namun juga mulai menyentuh isu politik lokal dan nasional. Situasi tersebut terlihat dalam riset yang dilakukan Indonesia Indicator (I2) yang menyatakan bahwa isu kesejahteraan dan politik yang disuarakan kaum buruh mendominasi pemberitaan media mengenai buruh di tanah air sepanjang setahun terakhir (1 Mei 2016 - 29 April 2017).
Menurut Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, pemberitaan mengenai perjuangan dan kiprah kaum buruh mencapai 58.729 berita dari 1.239 media online di Indonesia dalam satu tahun terakhir.
"Pemberitaan mengenai buruh rata-rata mencapai 4.894 berita setiap bulannya. Rerata pemberitaan ini meningkat sekitar 20 persen jika dibandingkan tahun lalu (4.012 berita). Jumlah media yang memberitakan buruh juga mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan tahun lalu," ujar Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Senin (1/5).
I2, sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence), juga menemukan data bahwa isu kesejahteraan dan politik menjadi dua isu terbesar pemberitaan mengenai buruh.Total pemberitaan soal upah dan jaminan kesejahteraan mencapai 19.631 berita, sekitar 33% dari seluruh pemberitaan mengenai buruh. Sementara itu, isu pilkada dan politik nasional yang disuarakan kaum buruh mencapai 12.151 berita – sekitar 21% dari seluruh pemberitaan. Sementara itu, tiga isu teratas lainnya adalah masalah PHK dan mogok kerja 6.875 berita, kriminalitas 5.526 berita, serta Hari Buruh 4.882 berita.
"Kesejahteraan dan politik merupakan isu yang konsisten muncul setiap bulan dalam jumlah pemberitaan yang cukup besar. Untuk masalah upah dan kesejahteraan rata-rata 1.613 berita per bulan, sementara untuk politik sebanyak 1.012 berita per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa dua isu ini merupakan isu yang cukup menarik perhatian media, selain menunjukkan ke arah mana gerakan buruh itu disuarakan," ungkap Rustika.
Masuknya isu politik lokal (pilkada) dan politik nasional dalam kancah perjuangan buruh dinilai sebagai sesuatu yang baru. Pasalnya, kata Rustika, isu politik tidak banyak mewarnai perjuangan buruh pada tahun 2015-2016 lalu, meskipun beberapa peristiwa politik dan pilkada serentak juga terjadi di Indonesia. "Persentuhan buruh dengan isu politik, baik lokal maupun nasional, merupakan salah satu hal yang mengemuka dalam setahun terakhir," kata Rustika.
Dalam hal pembicaraan mengenai buruh, papar Rustika, isu pilkada mencapai (7.316 berita), tenaga kerja asing (3.207 berita), dan tax amnesty (1.628 berita) mendominasi hingga 21 persen dibandingkan dengan seluruh isu mengenai buruh itu sendiri. Sementara, terkait isu pemenuhan hak ekonomi dan kesejahteraan sosial tuntutan kaum buruh yang paling banyak dipotret media, yaitu: upah layak (2.759 berita), iuran BPJS (1.051 berita), penghapusan sistem kontrak (971 berita), pesangon dan cuti melahirkan (748 berita).
Media juga masih mencatat, kaum buruh masih belum meninggalkan cara konvensional dalam upaya untuk menuntut hak dan kesejahteraannya. Metode demonstrasi dengan turun jalan masih mendominasi (6.289 berita) dan mogok kerja (1.748 berita). Kedua cara itu masih dipandang sebagai cara yang efektif bagi kaum buruh dalam mengartikulasikan aspirasi dan tuntutannya.
"Meski demikian, terlihat ada pergeseran strategi dengan cara yang cukup kreatif dilakukan oleh buruh, yakni aksi dzikir (1.206 berita) dan aksi lunak atau aksi simpati (1.235 berita) seperti aksi panggung musik, dialog sosial, serta jalan-jalan santai," tutur Rustika. Sementara itu, kata dia, cara-cara yang cenderung provokatif dan berbahaya (326 berita) seperti jahit mulut, blokir jalan, dan mogok makan lebih sedikit dibicarakan di media.
Indonesia Indicator juga mencatat, buruh migran merupakan “bintang” dalam hal pemberitaan di media. Dari sisi ekspose, media paling banyak menyoroti buruh migran (4.920 berita) ketimbang buruh lainnya, seperti buruh tani (3.651 berita), buruh industri pabrik (2.436 berita). Meskipun secara sosio-demografis buruh tani dan buruh industri, misalnya, lebih besar jumlahnya ketimbang buruh migran.